
Text by Janto Wihardja, Photography by Merwin Adenan.
Ukuran ruang yang terbatas tak membatasi kreativitas, manakala gaya dan kenyamanan menjadi hal mutlak dalam sebuah apartemen urban.
Hidup di kota urban memiliki tantangannya tersendiri, dari rutinitas yang kian mobile, jarak antar lokasi, hingga padatnya lalu-lintas. Tak ayal, pemukiman yang meminimalisir kendala khas kaum urban tersebut semakin dicari. Tinggal di apartemen menjulang di tengah pusat kota merupakan salah satu opsinya. Hal yang sama juga dirasa oleh pemilik hunian vertikal di bilangan Jakarta Pusat ini. “Saya menginginkan sebuah tempat tinggal temporer ketika saya harus berada di Jakarta,” ungkap pemilik yang bermukim di luar Indonesia ini, “lokasinya juga sangat strategis, berdekatan dengan dua pusat perbelanjaan yang prestisius, sehinga mudah membuat janji bisnis dengan kolega.”
Berada di lantai 39, hunian luas 45m2 ini disulap menjadi ‘ruang isolasi’ yang memisahkan pemilik dengan hingar-bingar dan sibuknya kota Jakarta. Praktis, intim, dan begitu personal. Memasuki bagian inti hunian, sisi personal sang pemilik tergurat lewat kurasi furnitur dan koleksi desain yang bersisian dengan berbagai object intimacy di seluruh ruangan. Area living room misalnya. Ukuran mungil dikompensasi lewat penempatan sejumlah produk artsy seperti beberapa kursi Emeco hasil daur ulang kaleng bekas botol soda. Dua kamar tidur yang ada didekorasi dengan penekanan pada fungsi dan efektivitas ruang.
Memiliki hobi berburu barang seni, Desain atau object intimacy yang menjadi spirit ruang secara keseluruhan, tampak mengisi setiap sudut ruang. Area dinding merupakan salah satu yang paling agresif memuat barang koleksi sang pemilik apartemen. Berbagai koleksi fotografi edisi terbatas dari fotografer ternama serta sejumlah litografi, sebut saja Michel Comte, Nick Leary, Takashi Murakami, dan Chiho Aoshima, tampak menggantung atraktif memanjakan mata.